Pernahkah engkau membayangkan liburan tanpa smartphone menggunakan segala aplikasinya? Bisa jadi engkau akan uring-uringan selama bepergian karena nggak mampu selfie, tersesat lantaran nir ada google map dan bahkan liburanmu kacau karena list perjalananmu ada di notes smartphone-mu. Nah, pada artikel ini Travelingyuk akan menyebarkan cerita mengenai kisa perjalanan seseorang traveler yg memulai jalan-jalannya sejak tahun 1980-an. Penasaran? Yuk ikuti cerita berikut!
1. Traveler 80an yang Punya Banyak Kenangan
Traveler tadi bernama Nelwin Aldriansyah, pemilik cerita seru mengenai iburan di tahun 80an. Saat ini pria kelahiran 4 September 1969 ini bekerja menjadi seorang Bankir di Investasi Pasar Modal & tentu saja pada sela-sela kesibukannya masih permanen menyempatkan untuk liburan. Sepertinya menikmati keindahan global bagai ‘candu’ tersendiri bagi seorang Nelwin, buktinya semenjak mini Ia telah suka traveling.
dua. Traveler Sejati, Oke Saja Walaupun Sendiri Menjelajah Dunia
Lalu bagaimana menggunakan kini saat usianya sudah nir lagi belia? Ternyata Nelwin masih gemar traveling. “Sampai sekarang saya masih gemar traveling. Baik traveling bersama famili, menyempatkan melihat tempat menarik di sela bepergian dinas, ataupun sendiri, terutama buat nonton konser-konser band rock yang aku sukai,” ujarnya.
3. Berbagai Negara Sudah Dikunjungi
Saat itu, Nelwin muda yang semangat travelingnya semakin menggebu melakukan perjalanan ke aneka macam negara mulai berdasarkan tetangga Indonesia sampai ke seberang benua. Di antaranya merupakan Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, China & Hongkong. Tak ketinggalan negara Eropa seperti Jerman, Swiss, Belgia, Inggris, Prancis, Monako, Belanda, Luxemburg pula didatangi. Bahkan Uni Emirat Arab hingga Amerika Serikat juga jadi incarannya, telah absah kan jadi traveler penjelajah dunia?
4. Tantangan Traveling pada Tahun 80an
Beda zaman, beda pula fasilitas dan cara traveling. Tentu saja ketika ini melakukan bepergian lebih mudah dibanding dulu tahun 80an. Dan Nelwin benar-benar merasakannya. Ia mengaku bila traveling sendiri saat itu jauh lebih menantang. “Wisata independen pada tahun 80an jauh lebih menantang dibanding ketika ini,” kenang Nelwin. Saat itu belum poly berita wisata tersedia. Belum terdapat internet dan email, belum terdapat ponsel, belum terdapat GPS & google map, belum terdapat LCC (Low Cost Carier) ataupun tiket promo, belum ada sistem pemesanan hotel dimuka. Semua serba tradisional dan harus banyak berinteraksi dengan insan. “Saat ini serba mudah, seluruh persiapan buat travel bisa dilakukan menurut ponsel,” ujar Nelwin yg sempat membagikan ceritanya di sosial media beberapa saat kemudian.
5. Perbedaan dengan Traveling pada Era 90an & 2000an
Tentu ada disparitas antara traveling di tahun 80an dengan saat ini. Bagi Nelwin dulu suasananya masih belum terlalu ramai. Hal ini membuatnya mampu lebih puas menikmati keindahan. “Beda paling primer, wisata tahun 80an belum terlalu ramai seperti kini . Bahkan di loka-tempat wisata favoritvpun ketika itu kondisinya nir terlalu ramai. Kita mampu berlama-lama menikmati keindahan suatu loka tanpa mengganggu orang lain yang mungkin mau menempati spot yg sama,” ujar Nelwin.
6. Keramahan Lebih Praktis Didapatkan
Dulu sosial media tidak gencar. Jangankan Instagram, internet saja masih jadi hal yang jarang. Tetapi hubungan sosial yang lebih nyata gampang didapatkan. “Warga setempat juga nisbi lebih ramah dalam era 80an. Mungkin karena belum poly wisatawan menurut Indonesia dalam saat itu, saya cukup tak jarang diajak ngobrol & ditanya-tanya sang rakyat setempat,” cerita Nelwin mengenang perjalanannya pada luar negeri.
Menarik sekali pengalaman menurut Nelwin Aldriansyah, seseorang yang sudah menandakan bahwa solo traveling pada tahun 80an tidak kalah serunya. Nantikan cerita selanjutnya mengenai sulitnya mengurus bepergian dan tantangan yang hanya dirasakan oleh generasi 80an ala Nelwin Ardianysah, ya.
Comments
Post a Comment