Warga Keluharan Celaket dihibur pementasan budaya yg bertema Festival Budaya Kampoeng Tjelaket kemarin, Minggu (22/7). Festival yang dimulai sejak hari Sabtu (21/7) ini diadakan dalam rangka memperingati ulang tahun Kelurahan Celaket, Kota Malang, yang ke-27. Beberapa pementasan budaya pun ditampilkan pada Lapangan Sasana Krida Budaya Kelurahan Rampal Celaket.
Festival Kampoeng Tjelaket sudah diadakan sebesar enam kali & keseluruhannya mengusung tema budaya. Hanya saja pada setiap tahun, konten budaya yg diangkat berbeda-beda.Tahun sebelumya, Festival Kampoeng Tjelaket mengenalkan sekaligus mengedukasi rakyat tentang beragam topeng yg terdapat pada budaya. “Sedangkan tahun ini kami mengenalkan pada masyarakat bagaimana sejarah kendang & perkembangannya berdasarkan masa ke masa,” ujar keliru satu panitia Festival Kampoeng Tjelaket, Nanang Gustanto.
Melalui salah satu aktivitas diskusi menggunakan tajuk “Bedhah Kendhang: Dari Relief Hingga Kendang Kini”, para penggiat budaya menceritakan bepergian kendang tadi. Dari kendang yang terbuat menurut kulit ular, sapi, sampai waktu ini pula ada kendang yang tebuat berdasarkan mika. “Kendang pun mempunyai beragam jenis. Ada Kendang Jawa Timuran, Kendang Banyuwangian, dan Kendang Bali,” tambah Nanang pada tim Travelingyuk.
Selain membahas tentang perjalanan kendang, beberapa tari tradisional jua turut ditampilkan guna mengingatkan rakyat terhadap kekayaan budaya wilayahnya. Seperti tari Mahesa Lawung, Kuda Lumping, tari Barong Kucing & Naga. Budaya tradisional jawa, memang kental dengan kandungan filosofi pada dalamnya. Tidak hanya sebagai seni tari, akan tetapi juga mempunyai cerita & pedoman hidup buat pemirsanya. “Solo tari Mahesa Lawung menceritakan tentang kisah Raja dari makhluk halus,” terperinci Ketua Sanggar Budaya Kuda Taruna Jati, Supartito.
Cerita tentang kerajaan & dongeng jawa memang sarat terselip dalam seni tari seperti ini. Begitu jua menggunakan tari barong kucing & barong naga. Seni tari ini, memiliki topeng dengan corak yg menarik dan kombinasi warna-warna cerah yang menangkap mata. Supartito menceritakan bahwa tari Kucing dan Tari Barong merupakan sebuah kisah peninggalan zaman babat alas tanah nusantara. Lantaran tarian-tarian ini kerap kali dipakai oleh para ulama seperti Sunan Kalijogo buat menyebarkan dakwah.
Mengingat banyaknya budaya asing yang telah masuk ke Indonesia, akan sangat disayangkan jika budaya pada negeri sendiri sebagai tergerus & bahkan hilang. Maka itu, pihak penyelenggara Festival Kampoeng Tjelaket menggandeng anak-anak untuk turut serta berpartisipasi mengisi kegiatan budaya ini. “Dengan pemahaman yang kuat terhadap budaya sejak usia dini, kami harapkan dapat sebagai sebuah proses regenerasi buat budaya pada negeri kita,” tutup Nanang.
Bagaimana pemahamanmu terhadap budaya tradisional daerahmu masing-masing? Mempelajari budaya tradisional tidak kalah seru menggunakan mempelajari budaya asing berdasarkan negara-negara sebelah.
Comments
Post a Comment