Peringatan Yadna Kasada di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) sudah dilaksanakan dalam lepas 9-10 Juli 2017. Gelaran upacara akbar bagi rakyat suku Tengger ini berlangsung sangat meriah & dihadiri tak hanya penduduk Bromo tetapi jua ribuan wisatawan menurut banyak sekali penjuru Indonesia dan global.
Ada yg menarik pada upacara Kasada merupakan saatnya penduduk Tengger ‘open house’. Pemukiman suku Tengger yg berada di desa Ngadas atau Ranu Pani, para tamu yang dipersilakan buat singgah dan berbincang menggunakan oleh Tuan tempat tinggal . Yang menarik merupakan tamu nir dijamu di ruang tamu, namun diajak ngobrol pada dapur. Jangan membayangkan dapur menggunakan perabotan terbaru, tabung gas pun tidak akan kamu temukan di sini. Kebanyakan, rakyat Tengger masih menggunakan tungku tradisional buat memasak. Mereka menggunakan kayu kemarau buat bahan pembakaran agar asap tetap mengepul dalam dapur mereka.
Tradisi menerima tamu di dapur ini, memang menjadi budaya yg sudah mengakar dalam warga Tengger. Tungku yang terdapat pada dapur lebih banyak didominasi terbuat berdasarkan bata dan semen. Panjangnya lebih kurang 1:4 berdasarkan berukuran dapur mereka. Di dekat tungku selalu terdapat beberapa kursi kayu yg berfungsi untuk menyambut tamu.
Dengan diterimanya engkau di dapur sebagai tamu, menandakan bahwa kamu merupakan orang yg dihormati dan disambut dengan baik pada rumahnya. Di dapur atau yang pada bahasa jawa biasa disebut pawon, engkau nir hanya diajak berbincang. Sembari kalian diajak berdiskusi oleh Tuan Rumah, oleh Nyonya juga turut sibuk menyiapkan perjamuan buat kamu dan rombongan. Pada momen ini engkau akan merasakan bagaimana rasanya dijamu menggunakan segala hormat & sekaligus hangat.
Menu yg ditawarkan cukup sederhana, olahan sayur berbahan dasar kentang & dau kol bersantan dipadukan dengan telur dadar & sambal serta nasi hangat. Sederhana, akan tetapi sangat sanggup membuat kalian terus mengunyah di sela-sela hawa dingin lereng Semeru. Mayoritas bahan yang mereka gunakan buat memasak diambil berdasarkan ladangnya sendiri. Karena petani adalah mata pencaharian yg dominan pada sana. Tapi, esensi perjamuan tidak wajib dengan menu yang mewah bukan? Apapun menunya nir terlalu signifikan apabila dibanding menggunakan bagaimana ramahnya sambutan mereka.
Selain buat menjamu tamu, dapur memang juga berfungsi sebagai ruang buat berkumpulnya famili. Mengingat bahwa di kawasan Bromo mempunyai suhu yg dingin pukul berapa pun, dapur dan tungku tanur sebagai opsi paling baik buat menghabiskan saat & menghangatkan diri. Jangan risi, open house seperti ini tidak hanya dilakukan ketika upaca Kasada, namun di sepanjang tahun, rakyat suku Tengger memang bahagia menjamu tamu menggunakan cara misalnya ini. Menarik bukan?
Comments
Post a Comment